Kado Khitan buat Ndin

"Ayo tulisane ndang dikirim. Tinggal Obith mawon seng dereng ngirim. Lainnya sudah."

ibuk beberapa kali menagih tulisan untuk buku kado khitan Ndin. Sejujurnya, mas bingung mau mengirim tulisan seperti apa untuk Ndin. Puisi, cerpen, essay, artikel tentang khitan dari berbagai pandangan, sudah semua. Pada dasarnya, pun, mas tidak bisa menulis. Hanya jika mengisi waktu luang saja, itu pun tulisannya tidak bagus. Mas ingin menuliskan sesuatu, yang berguna dan berkesan, terlebih esok ketika Ndin sudah tidak sekedar bisa membaca dan menulis kata, namun ketika Ndin sudah bisa menorehkan kata-kata yang bermakna dan akan masyhur dibaca orang. Jadi mungkin, mas akan bersambut, memberikan semangat, selamat, serta bercerita betapa hebatnya Ndin yang berani memutuskan sesuatu untuk diri sendiri.

"Dek Ndin ajeng khitan, Bit."

Cukup mengejutkan, bagi mas. Mengingat Ndin masih berumur 7 tahun. Masih nangisan dan masih belum bisa melakukan banyak hal tanpa ibuk. Mengingat aku dikhitan ketika naik kelas 6 SD, sekitar umur 9 tahun, sehingga anggapanku, berkhitan di umur 7 tahun itu hebat.

Ibuk menelfon mas seminggu sebelum Ibuk berangkat ke Jember. Rencananya, Mas diutus menemani Abi di perjalanan menuju Jember, acara Haul Mbah Chalim Siddiq. Mas kira, ibuk memberi kabar tentang perubahan keberangkatan ke Jember. Ternyata kabar baru. Kabar Ndin ingin khitan. Bukan akan dikhitan, tapi ingin dikhitan. Om Hulem dan Tante Mala waktu itu di Magelang. Dari Jakarta akan ke Jember. Tujuannya memang akan mengikut sertakan putranya, 2 tahun lebih muda dibanding Ndin, Vero, di acara khitanan massal, salah satu rangkaian acara Haul.

Memang berawal dari ikut-ikut saja. Karena Vero akan berkhitan, Ndin juga ingin khitan. Ibuk bercerita, bahwa ibuk sedikit terkejut mendengar Ndin ingin khitan. Nantinya, pasti ibuk atau abi harus di Jember. Setidaknya sampai Ndin sehat. Sedangkan pekerjaan beliau cukup padat. Ndin sudah dibujuk agar jangan sekarang. Tapi Ndin tetap teguh. "Ndin pengen sunat."

Mas punya sudut pandang tentang sikap Ndin dalam mengambil keputusan untuk Khitan. Bukan tentang "khitan"nya, namun tentang sikapnya. Jean Piaget, seorang ilmuan psikologi kognitif, dimana teori-teorinya berpengaruh besar pada konsep perkembangan dilihat dari sudut pandang kognitif atau kecerdasan seseorang. Piaget membagi tahapan perkembangan seseorang dalam 4 tahapan, yang didasarkanbahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan seiring bertambahnya usia.

Tahap yang pertama merupakan tahapan pada periode anak yang baru saja lahir sampai pada umur 2 tahun. Periode sensorimotor. Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan dan dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui perbedaan refleks bawaan tersebut. Lalu Periode Praoperasi, adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anakbelajarmenggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Tahapan ini berlangsung pada anak usia 2 tahun sampai akhir usia 7 tahun.

Tahapan selanjutnya, adalah Periode Operasi Konkret, ketika anak menginjak usia 7 tahun sampai akhir usia 12 tahun. Periode dimana Ndin sedang tumbuh sekarang. Pada tahapan ini ditandai dengan penggunaan logika yang sudah memadai. Ada beberapa proses-proses penting pada tahapan ini. Pengurutan dan pengklasifikasian objek. Contohnya, ketika Ndin di sekolah, Ndin mengurutkan mana yang kecil dan mana yang besar, lalu mengurutkannya dari yang paling kecil sampai ke yang paling besar.

Lalu Decentering, atau kemampuan anak dalam mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sikap Ndin dalam mempertimbangkan beberapa aspek permasalahan seperti keinginan untuk berkhitan agar sama dengan saudaranya yang bahkan lebih muda dari Ndin. Akan tetapi takut terhadap bayangan seperti apa nanti ketika dikhitan. Ditambah dengan ibuk yang merayu agar jangan sekarang khitanya. Tapi Ndin bisa menyelesaikannya dengan tetap pada apa yang Ndin inginkan karena itu baik.

kemudian Reversibility, anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Berkaitan dengan kemampuan menambah dan mengurangi. Ndin mampu memperoleh hasil dari 4+4 yaitu 8, begitupun sebaliknya, 8 jika dikurangkan 4, maka akan kembali menjadi 4.

Proses yang terakhir yaitu menghilangan sifat Egosentrisme, kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain, bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah. Ndin yakin bahwa setiap orang melihat dunia sama seperti yang Ndin lihat. Ndin mungkin mempunyai pengertian, bahwa Ndin pantas berkhitan saat ini, karena bahkan Vero, yang 2 tahun lebih muda dari Ndin berkhitan, maka Ndin juga harus berkhitan.

Memang sulit mendefinisikan sesorang dengan sudut pandang psikologis atau jiwanya. Karena kita hanya bisa melihat gejalanya saja. Dibutuhkan kepekaan seseorang untuk melihat gejala-gejala itu untuk pada akhirnya mengambil kesimpulan. Mas bukan ahlinya disini. Dalam hal kepekaan maupun penulisan. Hanya saja, mas ingin menuliskan sesuatu yang mungkin berguna untuk pembaca, terlebih untuk Ndin. Karena ini adalah kado dari mas, untuk Ndin. Jika memang Ndin belum memahami apa yang dituliskan di buku ini sekarang, mas yakin pada saatnya nanti Ndin akan paham.


Serangkaian Kata Rindu

Mas Robith

Komentar

Postingan Populer