Bulan Muda di Jogja

Terima kasih sudah menemuiku dalam malamku. Bulan ini kemarau dan banyak bintang. Tetap saja kau yang paling benderang. Matamu bulat tegas dan berkilau.

Senyummu meluruhkan peluhku yang sudah berkarat. Bahkan sejak berpisah tadi, aku masih ingat betul senyum yang disertai tawa lucu wajahmu. Andai saja suaraku merdu, maka akan kunyanyikan lagu Payung Teduh yang berjudul 'Mari Bercerita' untukmu saat mekar merah wajahmu.

Lagi lagi hanya terimakasih dariku untukmu. Setelah pertemuan denganmu, aku lama menghadap layar ponselku untuk menulis puisi, mengekspresikan betapa bahagianya aku bisa melihatmu setelah 3 tahun.

Tapi catatanku masih saja kosong meski sudah didepanku sejak 30 menit lalu. Bahagiaku tak bisa kuungkapkan dalam kata, ternyata. Senyumku tak kunjung layu sejak tadi. Kau ingat, saat kita saling menatap dan bingung apa yang harus kita bicarakan? 

Tanpa kau bicara pun, aku sudah merasa cukup. Sungguh aku rindu melihatmu. Lebih lagi saat kita berbincang, serasa bajuku mendadak tak cukup karena ada sayap yang mendesak keluar hendak membawa tubuhku terbang menembus cakrawala. 

Telingaku masih penuh oleh suaramu. Mataku masih terbayang parasmu. Mulutku terbawa senyummu. Dan hatiku penuh dengan tawamu.

Terima kasih...

Malang, 18 Mei 2018
Alkholily

Komentar

Postingan Populer