Menyeduh Pancasila

Bukankah Pancasila itu layaknya kopi bagi kita?
Satu rupa; hitam, namun dapat diterima oleh semua golongan.

Dalam beberapa hal, kopi seperti Pancasila. Ada orang yang lebih suka menikmati kopi murni yang diseduh tanpa filter dan tanpa gula. Melambangkan kemurnian dan jati diri.

Beberapa yang lain memilih mencampurkannya dengan susu kental manis namun tanpa gula. Pahit dan manis bukan tak mungkin untuk disatu-padukan, katanya.

Aku lebih memilih kopi yang disaring lalu dicampur dengan sedikit susu. Diminum saat matahari telah purna melaksanakan tugasnya. Harmoni dari keberagaman.

Tidakkah indah jika melihatnya dengan cinta?
Mengapa harus ada pertentangan?

Tapi memang iya, meski digemari banyak orang, ada saja yang tak suka. Apa mungkin mereka belum pernah mencicipinya?

Malang, 1 Juni 2018
Alkholily

Komentar

Postingan Populer