Pertemuan (6)
Akhirnya kita berdua bertemu untuk duduk berdua setelah seperti biasa sama-sama bingung memilih tempat pertemuan. Dan aku seperti biasa, senyum-senyum sendiri saat membalas pesan singkatmu di ponsel semalam sebelum kita bertemu. Kamu ingin aku yang menentukan tempat, aku juga ingin kamu yang memilih tempat. Sepemikiran, dalam beberapa kasus memang menggelikan.
Semalam, aku membayangkan aku akan diam saja di depanmu saat bertemu karena tidak tahu apa yang harus aku perbincangkan padamu. Seperti biasa juga, kamu yang kuyakin aslinya banyak bercerita akan diam dulu; menunggu inisiatif dariku. Terutama satu jam pertama pertemuan. Pasti canggung. Tidak apa, tandanya masih ada cinta diantara kita. Memang apa hubungannya?
Dan, ya, ternyata memang terjadi. Masih ada rasa canggung di awal pertemuan, meskipun selanjutnya seperti air di sungai, mengalir dan tak bisa dibendung.
Rencana dhuhur sudah bertemu, pun, harus molor karena aku memang tidak bisa tepat waktu. Apalagi persiapan kembali ke Malang, pasti lama dan ruwet. Belum pamit ke orang-orang di rumah.
Pukul tiga sore akhirnya kita baru bisa bertemu di Legend. Tempat rekomendasi dari Mas Lubed yang saat ditanya, sudah paham bahwa yang akan kutemui adalah kamu. Terima kasih, mas. Tempatnya bagus. Meski nyatanya aku tidak begitu pintar memilih tempat duduk. Tapi tak apa. Aku hanya ingin berdua saja denganmu, menghabiskan waktu bersamamu, meski hanya saling diam saja.
Aku tidak bisa bilang pertemuan mana yang paling berkesan. Apakah saat pertama kali kita bertemu di kotamu yang entah apa yang kita perbincangkan saat itu, atau pertemuan yang seakan kita berdua sama-sama terhipnotis oleh waktu hingga lewat tengah malam, atau pertemuan singkat di Surabaya dimana kita tidak banyak bicara (atau malah tidak bicara sama sekali) namun begitu dekat, atau saat kita berkendara berdua dari kotamu menuju Yogya melewati kotaku. Semua pertemuan denganmu selalu meninggalkan kesan yang sama; kerinduan, atau semacam kegelisahan mengapa selalu ada perpisahan pada setiap pertemuan.
Terima kasih sudah mau menemuiku. Jangan sampai kamu bosan bertemu. Jangan sampai juga kamu kapok bertemu denganku. Jangan sampai. Aku yakin kamu tidak seperti itu. Tidak akan.
Meskipun kita harus diam dulu setiap awal bertemu, atau meski ada perdebatan kecil tentang siapa yang harus menentukan tempat pertemuan, atau meski topik pembicaraan kita tidak penting sekalipun, atau meski kita saling lempar siapa yang harus memegang hp untuk selfie, atau hal-hal lain yang nampaknya tak penting, jangan bosan ya.
Karena yang terpenting saat kita melakukan sesuatu bukan apa, dimana, bagaimana, atau kenapa, tapi dengan siapa. Dan denganmu, semuanya jadi lebih indah.
Kereta Yogyakarta - Malang,
13 November 2019
Komentar
Posting Komentar