Perspektif Psikologi Dalam Menjelaskan Perilaku



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Sebagai ilmu pengetahuan, psikologi menggunakan metode ilmu pengetahuan yang sistematis untuk mengamati perilaku manusia dan menarik kesimpulan. Dalam literatur psikologi pada umumnya para ahli ilmu ini berpendapat bahwa penentu perilaku utama manusia dan corak kepribadian adalah keadaan jasmani, kualitas kejiwaan, dan situasi lingkungan. Determinan tri dimensional ini (organo biologi, psikoedukasi, dan sosiokultural) merupakan determinan yang banyak dianut oleh ahli psikologi dan psikiatri. Dalam hal ini unsur ruhani sama sekali tidak masuk hitungan karena dianggap termasuk penghayatan subjektif semata-mata.
Selain itu psikologi apapun alirannya menunjukkan bahwa filsafat yang mendasarinya bercorak antroposentrisme yang menempatkan manusia sebagai pusat segala pengalaman dan relasi-relasinya serta penentu utama segala peristiwa yang menyangkut masalah manusia. Pandangan ini mengangkat derajat manusia teramat tinggi ia seakan-akan memiliki kausa prima yang unik, pemilik akal budi yang sangat hebat, serta memiliki kebebasan penuh untuk berbuat apa yang dianggap baik dan sesuai baginya.
Ada beberapa pendekatan yang dikaji dalam psikologi. 5 diantaranya yaitu; pendekatan biologi (neurosains), pendekatan psikodinamika (psikoanalisa), pendekatan behaviorisme, pendekatan kognitif, dan pendekatan humanistik. Masing-masing pendekatan meninjau manusia dari sudut pandang yang berlainan, dan dengan metodologi tertentu berhasil menentukan berbagai dimensi dan asas tentang kehidupan manusia, kemudian membangun teori dan filsafat mengenai manusia.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pendekatan Biologi (Neurosains)
Beberapa psikolog menelusuri perilaku dan proses-proses mental melalui pendekatan biologi (neurosains) yang memusatkan pada tubuh, terutama otak dan sistem saraf. Sedangkan pengertian dari neurosains (neuroscience) merupakan kajian ilmiah struktur, fungsi, perkembangan, genetika, dan biokimia dari sistim saraf. Neurosains menekankan bahwa otak dan sistem saraf adalah inti untuk memahami perilaku, pikiran, dan emosi. Para ilmuan saraf meyakini bahwa emosi dan pikiran memiliki dasar fisik di dalam otak. Impuls listrik bergerak dengan cepat di seluruh sel-sel otak, melepaskan zat kimia yang memungkinkan kita untuk berfikir, merasa, dan berperilaku. Kemampuan kita yang luar biasa tidak akan mungkin terwujud tanpa otak dan sistim saraf, yang terdiri dari sistim yang paling rumit dan anggun yang pernah ada.
Meskipun pendekatan biologi terkadang mungkin terlihat mereduksi pengalaman manusia yang rumit ke dalam struktur-struktur fisik yang sederhana, perkembangan di dalam neurosains memungkinkan pada psikolog untuk memahami otak sebagai suatu organ kompleks yang luar biasa.
2.2  Pendekatan Psikodinamika (Psikoanalisis)
Pendekatan psikodinamika (psychodynamic approach) menekankan pikiran ketidaksadaran, konflik antara naluri biologis dan tuntutan masyarakat, dan pengalaman keluarga dini. Pendekatan ini berpendapat bahwa naluri biologis yang tidak dipelajari, terutama seksual dan dorongan agresif, memenuhi cara manusia berfikir, merasa, dan berperilaku. Naluri-naluri ini, terkubur dalam di dalam alam bawah sadar, sering kali bertentangan dengan tuntutan masyarakat.
Sigmund Freud (1856-1939), pendiri psikodinamika, mengemukakan bahwa kepribadian manusia terdiri dari 3 sistem yaitu id (dorongan biologis), ego (kesadaran terhadap realitas kehidupan), dan superego (kesadaran normatif) yang berinteraksi satu sama lain. Id merupakan potensi yang terbawa sejak lahir yang berorientasi pada kenikmatan (pleasure principle), menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan, dan menuntut kenikmatan untuk segera dipenuhi. Ego berusaha memenuhi keinginan dari id berdasarkan kenyataan yang ada (reality principle). Sedangkan superego menuntut adanya kesempurnaan dalam diri dan tuntutan yang bersifat idealitas.
Dalam diri manusia ada 3 tingkatan kesadaran yaitu alam sadar, alam tidak sadar, dan alam prasadar. Alam kesadaran manusia digambarkan freud sebagai sebuah gunung es dimana puncaknya yang kecil muncul kepermukaan dianggap sebagai alam sadar manusia sedangkan yang tidak muncul ke permukaan merupakan alam ketidaksadaran yang luas dan sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia. Dan diantara alam sadar dan alam ketidaksadaran terdapat alam prasadar. Dengan metode asosisi bebas, hipnotis, analisis mimpi, salah ucap, dan tes proyeksi hal-hal yang terdapat dalam alam prasadar dapat muncul ke alam sadar.
Perspektif psikoanalitik memberikan cara baru untuk memandang beberapa contoh masalah. Menurut Freud, amnesia masa anak-anak timbul karena beberapa pengalaman emosional pada tahun-tahun pertama kehidupan adalah sangat traumatik sehingga memperbolehkannya masuk ke kesadaran beberapa tahun kemudian (yaitu mengingatnya) dapat menyebabkan individu yang bersangkutan terlanda oleh kecemasan. Walaupun sebagian besar ahli psikologi tidak sepenuhnya menerima pandangan Freud tentang konsep bawah sadar, mereka mungkin setuju bahwa individu tidak sepenuhnya menyadari beberapa aspek penting dalam kepribadiannya.
2.3  Pendekatan Behavioristik
Pendekatan behavioristik (behavioral approach) menekankan kajian ilmiah mengenai berbagai respon perilaku yang dapat diamati dan penentu lingkungannya. Dengan kata lain, pendekatan perilaku memusatkan pada interaksi dengan lingkungan yang dapat dilihat dan diukur. Prinsip-prinsip pendekatan perilaku juga telah diterapkan secara luas untuk membantu orang-orang mengubah perilakunya ke arah yang lebih baik (Martin & Pear, 2007; Watson & Tharp, 2007). Psikolog yang mengadopsi pendekatan ini disebut kaum behavioristik. Di bawah kepimimpinan intelektual John B. Watson (1878-1958) dan B.F. Skinner (1904-1990).
Pendekatan behavioristik ini memberikan kontribusi penting dengan ditemukannya asas-asas perubahan perilaku yang banyak digunakan dalam bidang pendidikan dan psikoterapi terutama dalam metode modifikasi perilaku. Asas-asas dalam teori perilaku terangkum dalam hukum penguatan atau law of enforcement, yakni:
a.     Classical Condtioning
Suatu rangsang akan menimbulkan pola reaksi tertentu apabila rangsang tersebut sering diberikan bersamaan dengan rangsang lain yang secara alamiah menimbulkan pola reaksi tersebut. Misalnya bel yang selalu dibunyikan mendahului pemberian makan seekor anjing lama kelamaan akan menimbulkan air liur pada anjing itu sekalipun tidak diberikan makanan. Hal ini terjadi karena adanya asosiasi antara kedua rangsang tersebut.
b.    Law of Effect
Perilaku yang menimulkan akibat-akibat yang memuaskan akan cenderung diulang, sebaliknya bila akibat-akiat yang menyakitkan akan cenderung dihentikan.
c.     Operant Conditioning
Suatu pola perilaku akan menjadi mantap apabila dengan perilaku tersebut berhasil diperoleh hal-hal yang dinginkan oleh pelaku (penguat positif), atau mengakibatkan hilangnya hal-hal yang diinginkan (penguat negatif). Di lain pihak suatu pola perilaku tertentu akan menghilang apabila perilaku tersebut mengakibatkan hal-hal yang tak menyenangkan (hukuman), atau mangakibatkan hilangnya hal-hal yang menyenangkan si pelaku (penghapusan).
d.    Modelling
Munculnya perubahan perilaku terjadi karena proses dan penaladanan terhadap perilaku orang lain yang disenangi (model)
Keempat asas perubahan perilaku tersebut berkaitan dengan proses belajar yaitu berubahnya perilaku tertentu menjadi perilaku baru.
2.4  Pendekatan Kognitif
Pendekatan kognitif modern sebagiannya merupakan reaksi terhadap behaviorisme dan sebagiannya lagi kembali pada akar kognitif dari psikologi. Penelitian modern tentang kognisi mengurusi proses mental, seperti persepsi, daya ingat, penalaran, pemutusan pilihan, dan pemecahan masalah.
Menurut para psikolog kognitif, otak anda menjadi tempat atau mengandung sebuah “pikiran” yang memungkinkan proses-proses mental anda untuk mengingat, mengambil keputusan, merencanakan, menentukan tujuan, dan kreatif (Gluck et al, 2007; Sternberg, 2008). Maka, pendekatan kognitif menekankan pada proses-proses mental yang terlibat dalam mengetahui, bagaimana kita mengarahkan perhatian, bagaimana kita memersepsikan, bagaimana kita mengingat, bagaiman kita berfikir, dan memecahkan masalah kita. Sebagai contoh, para psikolog kognitif ingin mengetahui bagaimana kita memecahkan persamaan aljabar, mengapa kita mengingat beberapa hal dalam jangka pendek, tetapi mengingat hal lain seumur hidup, dan bagaimana kita menggunakan pencitraan (imagery) untuk merencanakan masa depan.
2.5  Pendekatan Humanistik
Berlainan dengan psikoanalisis yang memandang buruk manusia dan behavior yang memandang manusia netral, pendekatan humanistik (humanistic approach) menekankan pada kualitas kualitas positif seseorang, kapasitas untuk pertumbuhan positif, dan kebebasan untuk memilih takdir apapun. Para psikolog humanistik menekankan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk mengendalikan hidup mereka dan menghindar dimanipulasi oleh lingkungan (Maslow, 1971; Rogers, 1961).
Aliran ini memfokuskan telaah kualitas-kualitas insani. Yakni kemampuan khusus manusia yang ada pada manusia, seperti kemampuan abstraksi, aktualisasi diri, makna hidup, pengembangan diri, dan rasa estetika. Kualitas ini khas dan tidak dimiliki oleh makhluk lain. Aliran ini juga memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki otoritas atas kehidupannya sendiri. Asusmsi ini meunjukkan bahwa manusia makhluk yang sadar dan mandiri, pelaku yang aktif yang dapat menentukan hampir segalanya.
Salah satu kelompok aliran ini adalah logoterapi yang dikembangkan oleh Viktor Frankl. Logoterapi mengatakan bahwa manusia terdiri dari 2 komponen dasar yaitu dimensi raga (somatis), dan dimensi kejiwaan (psikis) atau dimensi neotic atau sering disebut dengan dimensi keruhanian (spiritual). Menurut Frankl bahwa arti keruhanian ini tidak mengacu pada agama tetapi dimensi ini dianggap inti kemanusiaan dan merupakan sumber dari makna hidup, serta potensi dari berbagai kemampuan dan sifat luhur manusia yang luar biasa yang selama ini terabaikan oleh telaah psikologi sebelumnya. Logoterapi mengajarkan bahwa manusia harus dipandang sebagai satu kesatuan dari raga-jiwa-ruhani. Manusia memiliki hasrat untuk mencari makna hidup, bila seseorang berhasil menemukan makna hidupnya maka hidupnya akan bahagia demikian sebaliknya bila tidak menemukannya maka hidupnya akan hampa. Dan menurut frankl kehilangan makna hidup ini banyak diaami oleh orang-orang yang hidup dalam dunia modern saat ini.




DAFTAR PUSTAKA
Atkinson, L. Rita, Richard C. Atkinson, Edward E. Smith dan Darly J. Bem. Pengantar Psikolog. Edisi Kesebelas, Jilid 1. Diterjemahkan oleh: Dr. Widjaja Kusuma. Jakarta: Interaksara.
King, Laura A. 2010. Psikologi Umum, Sebuah Pandangan Apresiatif. Buku 1. Diterjemahkan oleh: Brian Marwensdy. Jakarta: Salemba Humanika.


Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer