Badai yang Lewat, Sindoro via Bansari
12 Januari 2016, memasuki hari keduaku di tanah sindoro dari timur, via Kecamatan Bansari. Aku bersama 2 orang temanku dari UMM, Malang. Faishal, dan juga teman sekelasnya, Ima. Saat aku menuliskan catatan kecil ini, aku sedang berada di pos 5. Entah sudah berapa ketinggiannya. Namun untuk sampai puncak sudah tinggal melewati pos 6, lalu kawah, baru puncak sindoro. Kami tak ada rencana untuk melanjutkan perjalanan ke puncak karena masalah logistik yg tinggal mie instan dan roti saja. Nasi baru saja dihabiskan. Lalu masalah arah angin yang kami tak paham kemana arahnya. Agaknya rawan karena untuk mencapai puncak harus melewati kawah. Di pos 5 saja baru belerang sesekali tercium. Aku tak mau mengambil resiko. Dan lagi, karena Sindoro adalah gunung pertama Ima. Tenaganya sudah ia paksakan sampai pos 5. Planning kami, besok pagi turun, pulang.
Kami berangkat dari Magelang. Hari senin, 11 Januari 2016 pukul 12.00 WIB menggunakan angkutan umum. Agak bingung karena aksesnya lumayan sulit jika dibandingkan dengan jalur kledung. Pukul 14.30 kami sampai di basecamp Kompas. Kami menemui Pak Gondes. Bertanya-tanya tentang jalur, mendaftar, sholat, lalu pukul 15.00 WIB kami start dari basecamp ke pos 1 menggunakan ojek. Tarifnya 20.000 per orang. Sangat efektif karena jika ditempuh dengan berjalan mungkin akan memakan waktu 1,5 jam.
Di pos 1 kami melakukan pemanasan ringan, berdoa, lalu melanjutkan berjalan kaki. Baru 10 menit kami berjalan menyusuri lereng yang tidak begitu menanjak, kami disapa oleh seekor Elang Jawa. Sangat besar dan sangat indah. Terbang menurun ke arah ladang masyarakat. Mata kami mengabadikannya.
Aku tidak begitu ingat dengan waktu yang ditempuh sampai pos-pos berikutnya. Yang kuingat, jalanan begitu menanjak tanpa ada trek landai. Rencana kami akan camp di pos 5 atau 6, namun karena tenaga yang tidak mungkin untuk dipaksa lagi, akhirnya kami mendirikan tenda di pos 3. Sekitar pukul 7 malam kami sampai di pos 3. Istirahat, mendirikan tenda, makan, sholat, lalu langsung tidur. Manajemen tugas kami masih kurang menurutku. Jadi waktu untuk mendirikan tenda, memasak, menata barang di tenda masih tidak karuan dan lama sekali. Wajar, karena kami masih amatiran.
Sebelum subuh, sekitar pukul 3 pagi aku terjaga. Sholat, lalu mencari spot untuk melihat sunrise. Kami naik dari timur, tidak perlu sampai puncak untuk melihat sunrise. View dari jalur ini, pun, sungguh indah jika tidak mendung atau kabut. Kekasih Sindoro, Gunung Sumbing, jelas sekali di sisi timur, lalu di belakangnya terlihat Gunung Merbabu dan Merapi. Dari pos 3, sunrise sudah terlihat jelas walau sedikit tertutup oleh pepohonan. Matahari nampak muncuk dari sisi kanan Gunung Merbabu. Indah, sungguh.
Kami kembali mengatur plan untuk kedepannya. Melihat logistik dan tenaga, akhirnya kami putuskan untuk naik lagi pukul 3 sore, lalu camp di pos 5 atau 6. Kami bersantai-santai di tenda, lalu mengambil air di sungai kecil yang tidak jauh dari pos 3.
Tepat pukul 14.30 kami lanjut jalan. Dan setelah berjalan 3 jam akhirnya kami sampai di pos 5. Dari pos 3 ke pos 4 jaraknya tidak begitu jauh. Hanya sekitar 30 menit saja. Lalu ada pos ojek yang juga tidak begitu jauh dari pos 4. Yang sedikit memaksa fikiran dan tenaga adalah jarak dari pos ojekan menuju pos 5. Sangat jauh, terbuka, licin, dan tak ada jalanan landai. Terus menanjak. Tentu saja melelahkan.
Memang tidak begitu aku jelaskan bagaimana trek Gunung Sindoro dari Bansari. Karena dari pos 1 sampai pos 5, treknya terus naik berupa tanah merah yang licin dan jarang ada bebatuan untuk pijakan. Jalurnya sangat sempit. Tidak lebih dari 1m. Jalur Bansari memang jalur baru. Dibuka tahun 2011 setelah ditutup pada tahun 2007. Sedangkan pendaki lebih memilih Jalur Kledung karena akses kesana mudah, dan juga ramai. Jarang ada, bahkan mungkin banyak yang tidak tahu tentang Jalur Bansari ini. Saat mendaftar di basecamp, pun, ternyata kami bertiga adalah kelompok tunggal pendaki. Terakhir 2 hari yang lalu, sekitar 6 orang turun dari Bansari.
Entahlah. Apakah esok hari akan lancar seperti apa yang kami rencanakan. Aku hanya bisa berdoa. Karena tujuanku mendaki hanyalah ingin lebih mendekatkan diri pada Allah. Aku juga tak ingin terjadi hal-hal diluar rencana yang tentu saja tidak kami inginkan. Sholat tetap aku dirikan walaupun tak ada khusyu' dalam sholatku. Allah lebih tahu, dan aku percaya, Allah akan melindungi hambanya yang membutuhkan-Nya.
Aku hanya sedikit terbebani. Bagaimana tidak, hanya aku yang punya pengalaman lebih dalam mendaki dibanding kedua temanku. Dan kami adalah kelompok tunggal di jalur ini. Setidaknya aku punya tanggung jawab besar untuk membawa kedua temanku pulang ke rumah dengan aman dan selamat. Sedangkan hakikatnya, aku tak punya kemampuan untuk membuat mereka aman atau selamat. Hanya Allah saja. Hanya Allah saja. Memang, sungguh hina perasaanku jika merasa ragu. Sama saja aku meragukan-Nya. Namun ragu masih saja menyelimuti pikiranku. Aku hanya ingin segera pulang ke rumah bersama mereka dengan selamat.
Ya Allah... Aku adalah hamba-Mu. Dan aku tak berdaya tanpa-Mu. Engkau Maha Pemberi Aman dan Maha Pemberi Musibah. Aku memohon dengan segala kehinaanku sebagai hamba-Mu, agar senantiasa Engkau beri kami keselamatan. Dan Engkau selimuti kami dengan segala kehangatan-Mu, Ya Allah..
Aku mohon...
Aku mohon...
Aku mohon...
Aku mohon...
Aku mohon...
Aku mohon...
Fajar di Timur Sindoro |
Dalam tenda, Pos 5 Sindoro, via Bansari
Selasa, 12 Januari 2016 pukul 21.40 WIB
Robith Alkholily
Selasa, 12 Januari 2016 pukul 21.40 WIB
Robith Alkholily
Komentar
Posting Komentar