Bintang Jatuh!


Selasa, 28 Maret 2017
22.00 WIB


Aku diuntungkan oleh kondisi kita yang tak berhadapan.
Sama sama menghadap pada gemerlapan lampu kota Batu
dalam balutan awan tipis di atasnya yang perlahan turun.
Sepertinya aku tak punya sejarah penyakit asma atau sebangsanya,
tapi malam itu dadaku sesak hebat.

Pernah aku merasa seperti ini saat perjalanan menuju sebuah puncak.
Kedinginan. Lalu nafas menjadi berat dan dada terasa sangat sesak.
Aku ingin mati. Saat itu. walaupun alam bicara tidak.

Kita bicara banyak hal tentang segalanya yang bukan tentang kita.
Kemudian kau menyuruhku bercerita tentang diriku.
Diriku yang menaruh perhatian terhadapmu.
Saat itulah nafasku menjadi berat.

Kita sudah lama saling tahu tentang apa yang aku rasakan.
Entah dirimu bagaimana. Walaupun kau akhirnya bercerita,
Aku tak peduli.

Rupanya kau ingin mendengarnya dariku.
Tanpa perantara, tanpa kebohongan, dan mungkin tanpa perasaan juga.
Dadaku semakin berat.

Kita bercerita tanpa mencari jawaban.
Tentang kita.
Tentang aku yang pengecut lalu dipaksa menjadi berani.
Sialnya, aku takut padamu. Dan kau yang menuntutku berani.
Tentang kau yang sakit lalu dipaksa untuk berlari.
Sialnya, kau pun tak ingin berlari padaku.
Kita sama-sama dirundung sial.
Yang berujung pada kita yang lebih bisa mengenal.

Badanku mulai menggigil oleh angin yang membawa awan tipis itu lebih dekat pada kita.
Pandanganku menjadi terbatas. Hanya kau yang terlihat oleh mataku.
Dalam gelap, senyummu layaknya bulan.

OH, LIHAT!

Bintang Jatuh!

Tahukah, putri, aku merasa jadi pangeran.
Duduk di sebelahmu lalu menikmati Bintang Jatuh pertamaku.
Lagi, senyummu membuatku ingin berteriak.


Kamis, 30 Maret 2017
24.15 WIB


15 menit setelah aku memutuskan untuk menuliskan sesuatu. Tapi tak ada yang bisa kutuliskan.

Pikiranku kacau dan dadaku masih sesak sejak selasa lalu. Ada perbedaan yang ketara sejak terakhir kita saling bercerita pada malam itu. Dan itu berdampak, setidaknya pada intensitasku untuk tersenyum.

Mataku keruh.
Kepalaku terlalu banyak dijejali banyak hal yang membuatku tak bisa fokus.
Bahkan untuk bernafas saja aku kesulitan.
Tapi senyummu yang barat itu magnet tersendiri. Membuatku semakin kalut.
Membuatku merasa kepalaku telah berpindah entah kemana.

Banyak hal yang belum aku ceritakan padamu saat itu.
Misalnya,
Bahwa aku benar-benar mencintaimu.
Aku ingin tidak sekedar bercerita.

Aku ingin bertanya.
jika aku mencintaimu, akankah kau mencintaiku juga?


Malang, 4 April 2017
robith alkholily

Komentar

Postingan Populer