Keberuntungan Bejo


Diceritakan ada segerombol anak berlarian
di pematang sawah sebuah desa yang bersih
dari polusi keserakahan.

Mereka mengejar layangan yang talinya putus
dan terbang menjauh tak tentu arahnya sebab
kalah dalam pertarungan.

Ali yang kakinya cukup panjang berlari dengan
mudah dan lincah tanpa sandal sehingga
dia berlari paling depan.

Sedangkan Bejo yang kecil parasnya
dan tak mau hanya diam ditinggalkan teman-temannya
pun ikut berlari meski kepayahan.

Musim kemarau seperti ini memang jadi waktu
yang begitu menyenangkan bagi angin
untuk pamer kekuatan. 

Apalagi di depan anak seperti Ali dan Bejo
yang dalam kepala mereka hanya dipenuhi
pikiran-pikiran menyenangkan.

Mereka belum paham bahwa angin
tak hanya suka membawa layangan
lepas terbang menembus awan.

Mereka juga tidak mengerti bahwa hujan
yang turun dari awan hitam itu dibawa oleh angin
yang bahkan lajunya lamban.

Meskipun Ali yang berkaki panjang berlari paling depan,
ia lupa bahwa yang ia dahului adalah si Bejo;
keberuntungan.

Ali tersandung gundukan pasir yang tertutup rumput
di belakang rumah Pak Slamet sehingga ia jatuh
dan meringis kesakitan.

Teman-temannya berhenti bukan untuk menolongnya
tapi malah menjadikan Ali sebagai bahan
cercaan dan candaan.

Bejo yang tertinggal di belakang tak tahu menahu
tentang jatuhnya Ali, menjadikannya terus berlari
mengejar layangan.

Ia terus berlari hingga layangan itu lelah terbang
lalu merendah dan tersangkut di pohon jambe
di halaman rumah Pak Hamdan.

Bejo yang masih tak sadar bahwa ia berlari
mengejar sendirian segera memanjat pohon itu
dengan mudah dan cekatan.

Layangan ia ambil, matanya menelusur sekitar, dan ia baru sadar;
teman-teman yang tadi berlari di depan tak ada
dan ia sendirian.


Malang - Magelang,
18 Agustus - 3 September 2019

Komentar

Postingan Populer