Bagaimana bisa?!
Entah bagaimana aku bisa memahami kegelisahanku,
Apakah akalku yang tak mampu
atau akalku yang buntu,
Bagaimana bisa, Tuhan Sang Penggenggam Kuasa semesta masih menuntut kesungguhan bakti Ibrahim,
Sang pesuruh Tuhan yang setia,
Bagaimana mungkin aku bisa memahami Tuhan Penggenggam Kuasa itu meminta Ibrahim,
Untuk menyembelih putra terkasihnya?!
Dan tak mungkin Ibrahim membantah
Aku tak peduli,
Ismail atau Ishak yang tergeletak pasrah menyongsong kilatan pedang yang menggidikkan itu,
Bahkan saat Ibrahim terpejam menggorokkan pedang tajamnya pada leher jenjang yang terlentang dalam pasrah,
Lalu darah mengucur dan menyembur...
Meskipun itu hanya darah seekor domba;
Batinku tetap tak bisa menerima begitu saja,
Ini jelas penindasan!
Ini kesewenang-wenangan!
Lalu kukaji ragam cerita dari kitab-kitab suci,
Lalu kutemui ragam ajaran kebijaksanaan dari para bijak bestari,
Lalu kudapatkan, kurasakan, dan kuendapkan.
Bahkan pada segala peristiwa di mayapada,
Kutangkap dengan mata kepala dan dada,
Lalu kueja, meski terbata
Hemm, Di ujung lelahku,
ketika segala laku pikir mandeg sendiri,
Semua luruh dalam senyap dan sepi,
Perlahan aku seperti mendengar
Tuhan berbisik,
"Begitulah suasana hati-Ku wahai Ibrahim. Karena janji-Ku, Aku harus mengabulkan semua permintaanmu, apa pun itu! Maka, hendaklah kamu tidak lagi memohon agar Aku melumatkan mereka yang tidak sepaham denganmu dari wilayah kekuasaan-Mu. Karena Aku juga menyayangi mereka sebagaimana kamu mengasihi Ismail dan Oshak, bahkan lebih."
Ki Ageng Suryomentaram (Putra Sri Sultan Hamengku Buwana VII) dari Laku Kasyaf, Buku Langgar, hingga Wejangan
- Puncak Makrifat Jawa ~ Muhaji Fikriono
Komentar
Posting Komentar